RESENSI BUKU
Judul : Aku menyertai kamu
Pengarang : Ignasius Loy Semana
Penerbit : Potra Fide
Tahun terbit : september 2018
Halaman : 1 — 225
Judul resensi : TANTANGAN DALAM MENJADI SEORANG IMAM KATHOLIK DALAM KEMAJUAN TEKNOLOGI.
SINOPSIS
Kemajuan teknologi pada era digital telah mengubah pola pikir manusia termasuk dalam hal kehidupan agamannya. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mau belajar dari pengajaran orang tua, guru dan ima, generasi difital lebih suka belajar sendiri. Generasi digital lebih memilih belajar sendiri . mereka lebih memilih belajar dengan mencari sendiri konten di dunia digital. Melalui perangkat teknologi informasi, mereka menunjukan siapa diri mereka dan terkadang memanipulasi informasi dalam memngekspresi dirinya. Hal demikian sangat berpengaruh pada kesadaran manusia akan jati dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
Perubahan di atas juga mempengaruhi tuntutan dan cara kerja seorang imam katolik.
Suka atau tidak suka, seorang imam juga di tuntut untuk memiliki kompetensi digital, yaitu kemampuan untuk membaca, memahami dan menganalisa berbagai sumber digita. Pada zaman sekarang iman di tuntut memiliki sikap dan kemampuan menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi internet secara konstruktif sehungga dapat menbangun pengetahuan baru, membangun jaringan komunikasi yang lebih luas dan efektif, serta membangun akses untuk dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Ada banyak keuntungan jika imam memiliki kemampuan digital,
Imam dapat mengenal dunia dan umatnya lebih baik dan lebih komperhensif, serta dengan mudah mengetahui dan memahami kebutuhan dan aspirasi umatnya karena di sana tersedia segala informasi tentang mereka.
Ada banyak aplikasi teknologi digital yang dapat digunaka sebagai sumber belajar, sumber informasi dan inspurasi bagi seorang imam.
Teknologi digital memudahkan, memaksimalkan dan megefisienkan karya pastoral seorang imam termasuk dalam menjalankan ibadah.
Dengan teknologi digital imam daoat memnbangun dan memiliki jaringan kerja yang luas. Saat ini seoran imam tidak harus berjalan ke seluruh dunia untuk berteman dengan rekan imam atau rekan kerja lainnya. Dengan teknologi digital juga imam dapat berkomunikasi dengan siapa saja termasuk membuat proposan donatu.
Biaya pastoral seorang imam akan lebih hemat, efisien dan efektif dalam pewartaan.
Bagi seorang imam, kemajuan teknologi digital dapat menjadi tantangan dalam tugas pelayannanya. Namun, disisi lain, teknologi digital juga merupakan sumber daya yang besar dalam peningkatan mutu pekayanan dan menjadi peluang untuk berkreasi lebih kaya dalam karya pastoral dan lebih berani untuk terlibat dalam misi universal dari tuhan yesus, yaitu membangun persaudaraan mondial dan beraksi tentang injil tuhan.
Pada masa musa, imam merupakan warisan keluarga, imam harus berasal dari keturunan harun dan kemudian di kenal dengan keturunan lewi. Pada masa yesus, imam menjadi sebuah panggilan yang diterima secara khusus dari tuhan. Panggialan menjadi imam merupakan anugerah dan penyelenggaraan ilahi. Selanjutnya oleh Yesus Tuhan, panggilan menjadi imam menuntut sebuah kualitas “ lebih” dari orang yang terpanggil. Kualitas yang radikan cenderung absolut dari panggilan imam menandai idealisme pelayanan seorang imam. Imam adalah murid dari dia yang datang bukan unutk melayani tetapi untuk melayani, dia bukanlah orang yang suka memncari tempat terdepan. Panggilan menjadi imam menuntut keberanian untuk menerima tanggung jawab dan resiko dari panggilan.
Dengan menetapkan sejumlah kriteria, Yesus sesungguhnya menepatkan jabatan imam sebagai sesuatu yang profesional. Menurut keraf ( 1998 ), profesional mengandaikan adanya sejumlah persyaratan yang mendukung sebuah pelaksanaan sebuah pekerjaan. Profesionalisme mempunyai tuntutan yang sangat tinggi, baik dari dalam pekerjaan itu sendiri mauoun dari orang yang akan melakukan pekerjaan tersebut. Oersyaratan itu tidak saja berkaitan dengan keahlian tetapi juga dengan komitmen moral. Orang yang profesional tidak hanya sungguh ahli dalam bidangnya, tetapi juga komit dengan pekerjaannyaitu.
Pada saat ini tunuttan akan profesionalisme seorang imam semakin kuat dan krusial. Sesuai pola hidup dan manajemen modern imam dituntut untuk melakukan pekerjaannya secara efisien, efektif, transparan dan ankutabel. Sudah menjadi pemikiran unutk umum bahwa profesionalisme imam ditentukan oleh kompetensi, efektivitas, efisiensi, transparansi dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan sabda, pelayan sakramen dan pemimpin umat. Sesuai tuntutan era digital, seorang imam hendaknya terampil memanfaatkan segara sumber daya teknologi digital untuk peningkatan mutu diri dan kualitas tugas pastoralnya. Sebagai pemimpin, imam harus meiliki hati dan komitmen seorang gembala yang mengenal dombanya secara baik, rela menyerahkan nyawanya bagi domba — dombanya, menjamin kesejateraan rohani umatnya, menunut umatnya kejalan yang benar, melindungi umat dari berbagai ancaman dan bahaya penyakit modernisme, menghibur umat yang berduka, miskin, lemah dan menderita, dan mendatangkan berkat yang berlimpah.
KEKURANGAN DARI BUKU
Kekurangan dari buku yang diresensi adalah masih menggunakan bahasa yang belum dapat dimengerti. Kekurangan dari buku ini juga yaitu menggunakan istilah — istilah yang tidak dapat di mngerto oleh seorang mahasisa atau pelajar.
KELEBIHAN DARI BUKU
Kelebihan dari buku ini adalah memnggunaka bahasa — bahasa jaman sekarang dan menggunakan bahasa yang faul dan modern. Bahasa yang digunakan juga dapat dimengerti dan dipahami karena menggunakan bahasa anak — anak muda jaman sekarang.
Judul : Aku menyertai kamu
Pengarang : Ignasius Loy Semana
Penerbit : Potra Fide
Tahun terbit : september 2018
Halaman : 1 — 225
Judul resensi : TANTANGAN DALAM MENJADI SEORANG IMAM KATHOLIK DALAM KEMAJUAN TEKNOLOGI.
SINOPSIS
Kemajuan teknologi pada era digital telah mengubah pola pikir manusia termasuk dalam hal kehidupan agamannya. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang mau belajar dari pengajaran orang tua, guru dan ima, generasi difital lebih suka belajar sendiri. Generasi digital lebih memilih belajar sendiri . mereka lebih memilih belajar dengan mencari sendiri konten di dunia digital. Melalui perangkat teknologi informasi, mereka menunjukan siapa diri mereka dan terkadang memanipulasi informasi dalam memngekspresi dirinya. Hal demikian sangat berpengaruh pada kesadaran manusia akan jati dirinya dan hubungannya dengan orang lain.
Perubahan di atas juga mempengaruhi tuntutan dan cara kerja seorang imam katolik.
Suka atau tidak suka, seorang imam juga di tuntut untuk memiliki kompetensi digital, yaitu kemampuan untuk membaca, memahami dan menganalisa berbagai sumber digita. Pada zaman sekarang iman di tuntut memiliki sikap dan kemampuan menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi internet secara konstruktif sehungga dapat menbangun pengetahuan baru, membangun jaringan komunikasi yang lebih luas dan efektif, serta membangun akses untuk dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat.
Ada banyak keuntungan jika imam memiliki kemampuan digital,
Imam dapat mengenal dunia dan umatnya lebih baik dan lebih komperhensif, serta dengan mudah mengetahui dan memahami kebutuhan dan aspirasi umatnya karena di sana tersedia segala informasi tentang mereka.
Ada banyak aplikasi teknologi digital yang dapat digunaka sebagai sumber belajar, sumber informasi dan inspurasi bagi seorang imam.
Teknologi digital memudahkan, memaksimalkan dan megefisienkan karya pastoral seorang imam termasuk dalam menjalankan ibadah.
Dengan teknologi digital imam daoat memnbangun dan memiliki jaringan kerja yang luas. Saat ini seoran imam tidak harus berjalan ke seluruh dunia untuk berteman dengan rekan imam atau rekan kerja lainnya. Dengan teknologi digital juga imam dapat berkomunikasi dengan siapa saja termasuk membuat proposan donatu.
Biaya pastoral seorang imam akan lebih hemat, efisien dan efektif dalam pewartaan.
Bagi seorang imam, kemajuan teknologi digital dapat menjadi tantangan dalam tugas pelayannanya. Namun, disisi lain, teknologi digital juga merupakan sumber daya yang besar dalam peningkatan mutu pekayanan dan menjadi peluang untuk berkreasi lebih kaya dalam karya pastoral dan lebih berani untuk terlibat dalam misi universal dari tuhan yesus, yaitu membangun persaudaraan mondial dan beraksi tentang injil tuhan.
Pada masa musa, imam merupakan warisan keluarga, imam harus berasal dari keturunan harun dan kemudian di kenal dengan keturunan lewi. Pada masa yesus, imam menjadi sebuah panggilan yang diterima secara khusus dari tuhan. Panggialan menjadi imam merupakan anugerah dan penyelenggaraan ilahi. Selanjutnya oleh Yesus Tuhan, panggilan menjadi imam menuntut sebuah kualitas “ lebih” dari orang yang terpanggil. Kualitas yang radikan cenderung absolut dari panggilan imam menandai idealisme pelayanan seorang imam. Imam adalah murid dari dia yang datang bukan unutk melayani tetapi untuk melayani, dia bukanlah orang yang suka memncari tempat terdepan. Panggilan menjadi imam menuntut keberanian untuk menerima tanggung jawab dan resiko dari panggilan.
Dengan menetapkan sejumlah kriteria, Yesus sesungguhnya menepatkan jabatan imam sebagai sesuatu yang profesional. Menurut keraf ( 1998 ), profesional mengandaikan adanya sejumlah persyaratan yang mendukung sebuah pelaksanaan sebuah pekerjaan. Profesionalisme mempunyai tuntutan yang sangat tinggi, baik dari dalam pekerjaan itu sendiri mauoun dari orang yang akan melakukan pekerjaan tersebut. Oersyaratan itu tidak saja berkaitan dengan keahlian tetapi juga dengan komitmen moral. Orang yang profesional tidak hanya sungguh ahli dalam bidangnya, tetapi juga komit dengan pekerjaannyaitu.
Pada saat ini tunuttan akan profesionalisme seorang imam semakin kuat dan krusial. Sesuai pola hidup dan manajemen modern imam dituntut untuk melakukan pekerjaannya secara efisien, efektif, transparan dan ankutabel. Sudah menjadi pemikiran unutk umum bahwa profesionalisme imam ditentukan oleh kompetensi, efektivitas, efisiensi, transparansi dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sebagai pelayan sabda, pelayan sakramen dan pemimpin umat. Sesuai tuntutan era digital, seorang imam hendaknya terampil memanfaatkan segara sumber daya teknologi digital untuk peningkatan mutu diri dan kualitas tugas pastoralnya. Sebagai pemimpin, imam harus meiliki hati dan komitmen seorang gembala yang mengenal dombanya secara baik, rela menyerahkan nyawanya bagi domba — dombanya, menjamin kesejateraan rohani umatnya, menunut umatnya kejalan yang benar, melindungi umat dari berbagai ancaman dan bahaya penyakit modernisme, menghibur umat yang berduka, miskin, lemah dan menderita, dan mendatangkan berkat yang berlimpah.
KEKURANGAN DARI BUKU
Kekurangan dari buku yang diresensi adalah masih menggunakan bahasa yang belum dapat dimengerti. Kekurangan dari buku ini juga yaitu menggunakan istilah — istilah yang tidak dapat di mngerto oleh seorang mahasisa atau pelajar.
KELEBIHAN DARI BUKU
Kelebihan dari buku ini adalah memnggunaka bahasa — bahasa jaman sekarang dan menggunakan bahasa yang faul dan modern. Bahasa yang digunakan juga dapat dimengerti dan dipahami karena menggunakan bahasa anak — anak muda jaman sekarang.
Komentar
Posting Komentar