RESENSI NOVEL
RIZKIA AMELIA SANIA
(Fakultas Hukum UII-10410732)
JUDUL : Beasiswa di Bawah Telapak Kaki Ibu
PENULIS : Irfan Amalee
HALAMAN : 197+243 halaman
CETAKAN : 1, Juni 2013
PENERBIT : PT. Mizan Pustaka
Allaahumma Iaa maani’a li maa a’thaita wa laa mu’thiya li maa mana’ta
( Ya Allah, tidak ada yang bisa menghalangi apa yang Engkau beri dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah)
orang, terutama Melanjutkan pendidikan atau hidup di luar negeri merupakan mimpi sebagian besar untuk para penuda yang haus pengalaman dan tantangan. Segala info mengenai beasiswa maupun petunjuk-petunjuk untuk survive di negeri asing seringkali memikat sekelompok orang yang menggolongkan dirinya sebagai scholarship hunter. Semua informasi mengenai hal tersebut dikemas dan dipublikasi tidak hanya melalui media cetak, bahkan media elektronik. Tak jarang hunter yang berhasil menebus persaingan ketat meraih kesempatan study abroad menuliskan pengalamanya dalam sebuah karya sastra.salah satunya Ifan Amalle dlam bukunya Beasiswa di Bawah Telapak Kaki Ibu ini.
Keseluruhan buku ini terinspirasi oleh doa seorang ibu dan jatuh bangun usaha seorang Irfan untuk pegi keluar negri. Berawal dari S2 di lua negeri yang tersandung restu ibu,Irfan berkali-kali gagal mendapatkan kesempatan tersebut.Meskipun telah berkeluarga dan mapan dengan pekerjaanya disebuah penerbitan buku,Irfan rindu suasana akademik dan mengasah kmampuan berpikirnya di dunia perkuliahan. Hal itulah yang memotivasinya berkali kali melayangkan surat ke berbagai unifersitas di luar negeri dan penyedia beasiswa (scholarship foundations).Satu pelajaran penting yang dapat dipetik dari hal ini yaitu doa ayah barulah separuh dari ridah Allah. Separuh lagi ada pada doa ibu yang saat itu belum membukakaan pintu restunya. Terbukti setelah bertahun tahun menerima penolakan dari berbagai pihak,dalam waktu kurang dari 2 hari selah Irfan mendapat restu ibu, telpon kantornya berbunyi dan mengambarkan bahwa ia lolos beasiswa LLEF Ke Amerika Serikat (24-25 bagian ).
Perjuangan Irfan tidak hanya terhenti sampai di situ. Mendapatkan beasiswa dan LoA (Letter Of Accptance) tidak lantas melancarkan langkahnya ke negeri Paman Sam. Maka Irfan dihadapkan pada peroses perbuatan visa yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran (29-39,bagian1). Setelah sampai di Amerika Serikat, Irfan dihadapkian pada tantangan untuk mencari apartemen yang sesuai dengan jumlah yang diberikan (42-44 bagian 1) dan pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhannya beserta istri dan kedua anaknya (2017-2015, bagian1) pada setiap pengalaman yang dituliskan,Irfan selalu memberikan hikmah atau pelajaran yang dapat diambil oleh pembaca. Tidak hanya itu,Ifan juga menyisipkan tips and trick di dalamnya, sehingga para pembaca dapat menerapkanya tersebut pada situasi dan kondisi serupa.
Berbeda dengan publikiasi-publikasih serupa yang telah beredar,buku ini lebih dari sekedar memoar perjalanan. Dengan konsep 2 in 1, buku ini tidak hanya berisi pengalaan Irfan Amalle yang berhasil mendapatkan beasiswa LLEF ke Amerika Serikat,tetapi buku ini juga dilengkapi dengan motivasi-motivasi dibalik kesuksesan penulisanya teersebut.buku pertama berisi 21 cerita lika-liku berburu beasiswa, bertahan hidup di negeri orang, mencari dan menemukan Islam di Amerika. Buku kedua berisi 13 pelajaran hidup yang penulis merenungkan dan temukan selama di negeri asing di mana tidak ia menjumpainya di Indonesia. Buku ini juga dilengkapi dengan7 tips berburu beasiswa dan suskses studi di luar negeri dari 7 orang berbeda yang tersebar di Amerika, Eropa dan Australia.
Sejalan dengan pepatah lama “no body is perfect” Irfan juga adalah seorang manusia yang karyanya tidak luput dari kekuragan. Sebagai buku yang membahas tentang rtema “studi di luar negeri’, buku ini kurang mengakomordir informasih mengenai hal-hal yang “ berbau’ akdemik. Dari 21 cerita yang ditulis oleh Irfan, hanya 1 cerita tantang belajar di kampus. Sehingga para pembaca tidak mendapat gambaran tentang universitas,sistem kurikulum dan akademik serta atmosfer dunia perkuliahan diluar negeri,kususnya di Amerika Serikat. Selain itu, Irfan sering menyisipkan cerita-carita yang meskipun relavan dengan topik yang sedang dibahas tetapi melempar dari main idea topik tersebut. Misalnya tentang anakedot Yahudi (51-52 bagian 1), guru- guru Bahasa Iggris (77-82, bagian 1) dan memasukkan Emha Ainun Najib (93, bagian 2).
Terlepas dari hal-hal di atas, membaca buku Irfan Amalle membuat para pembacanya ‘kaya” dengan berbagai pengetahuan tentang sisi-sisi kehidupan seorang Muslim di negeri dengan penduduk Yahudi kedua terbesar setelah Israel ini. Tidak hanya itu, melalui kutipan-kutipan teori dari berbagai tokoh nasional dan internasional, Irfan seolah-olah ingin membuka mata hati dan pemikiran para pembacanya agar tidak mudah putus asa ketika kegagalan berulangkali menghampiri. Irfan berhasil mengawinkan teori Dahlan Iskan tentang “jatah gagal” dan teori Warren D. Wallace tentang “Competitive mindiset dan creative midset” untuk menyadarkan para pembaca (khususnya scholarship hunter) bahwah alam adalah sumber tak terbatas yang menyediakan beribu-ribu kesempatan (47, bagian 2).
Dengan demikian, buku ini menjadi rekomendasi tepat bagi siapa saja, baik yang sedang bergelut denga dokumen-dokumen aplikasi beasiswa maupun yang sudah berhasil meraihnya. Dengan umus kesabaran plus doa plus restu kedua orang tua, sesungguhnya tidak ada masalah yang tidak mungkin diselesaikan. Jika Irfan mampu , kenapa kita tidak?
Komentar
Posting Komentar