"MITOS SIKSANGA DI GOLO EMBO"
Konon pada zaman dahulu kalah darat (roh atau makhluk halus didalam gaib) dan manusia hidup bersama karena konon mereka berasal dari satu keturunan. Dalam kehidupan bersama darat menganggap dirinya lebih berkuasa dari pada manusia, bahkan mereka menganggap dirinya lebih berkuasa dari Tuhan, seperti Embu Ete atau Mori Kraeng (Tuhan). Manusiapun bertanya, “Mengapa kamu sama seperti Embu, Ete?” kami mempunya kuasa seperti Embu Ete,” jawab darat itu dengan suara yang lantang dan membuat manusia takut.
Suatu hari manusia disuruh oleh kepala Roh halus untuk bertemu disuatu tempat. Pertemuan tersebut bertujuan untuk agar manusia bersama dengan makhluk halus membuat sesajian kepada Tuhan. Namun manusia tidak mau menerima tawaran tersebut, tetapi manusia tetap percaya kepada Tuhan.
Silakan buat sendiri, kami tidak perlu minta persetujuan dari kalian kalau mau memberikan persembahan kepada Tuhan,” demikian manusia kata-kata manusia tersebut secara tegas, mereka tetap ngotot tidak mau bergabung dengan Roh.
Kami diperintah Tuhan, untuk menyuruh manusia membuat persembahan kepada-Nya” jawab kepada darat. Walaupun ada paksaan dari kaum darat (roh atau makhluk halus), manusia tetap tidak peduli, manusia tetap berpihak pada Tuhan.
Karena melihat sikap tindak kaum darat seperti itiu, Tuhan datang kebumi untuk memisahkan darat dari kehidupan manusia. Supaya manusia dan darat tidak saling melihat satu sama lain, Tuhan mengambil ri’i ta’a (alang-alang mentah) sebagai pemisah darat dan manusia. Kaum darat setuju dengan aturan Tuhan, tetapi mereka berkeinginan agar semua ciptaan Tuhan dibumi ini dikuasai oleh kaum darat
Supaya tidak terjadi perkelahian untuk merebut harta kekayaan di bumi ini, Tuhanpun langsung membaginya. Binatang yang menjadi milik darat merupakan tagi (rusa), motang (babi hutan) dan binatang lainnya yang liar. Sementara itu binatang yang dapat ditaklukkan atau dapat diatur yang dimiliki manusia yaitu ayam,anjing, kerbau, kuda, kambing, babi, ikan dan lain-lain. Tidak hanya tumbuhan dan binatang yang di bagi, tetapi tempat tinggal manusia pun berbeda dengan darat. Darat tinggal dibahwa air sedangkan manusia tinggal didaratan. Kaum darat diperintahkan Tuhan untuk tinggal dipohon besar, dipuncak gunung atau bukit yang tinggi, di batu besar, gua, dan tebing yang besar. Sedangkan manusia tidak bisa menempati tempat-tempat seperti itu, hanya darat yang bisa tinggal disitu, tetapi manusia disuruh Tuhan untuk membuat tempat tinggal sendiri, misalnya Rumah.
Selain sepakat soal tempat tinggal manusia yang berbeda dengan tempat tinggal Roh (darat), pada saat itu diadakan kesepakatan antara darat dan manusia untuk tidak boleh saling mengganggu,tetapi manusia tidak boleh masuk ketempat tinggal roh (darat), kecuali setelah meniggal dunia. Sebaliknya darat pun tidak boleh masuk kerumah manusia, dan tidak boleh saat itru roh (darat) dan manusia hidup ditempat tinggal masing-masing. Sekelompok roh (darat) tinggal dikawasan Golo Embo (kawasan ini sekarang masuk diwilayah Desa Gunung, kecamatan Kota Komba).
Dalam waktu kehidupan selanjutnya seorang wanita bernama Teje dan seorang anaknya mendekati tempat tinggal kaum darat di Golo Embo. Disana ia melihat gumpalan emas yang tergantung dilangit-langit gua batu cadas ditebing yang curam. Wanita itu sangat tertaridan berusaha untuk mengambil emas dalam gua di tebing tersebut. Dengan bantuan darat (roh halus) yang ada di tempat itu, wanita itu memang berusaha keluar sendiri tanpa bantuan darat, tetapi begitu sampai dipintu celah-celah batu itu ia sangat ketakutan setelah melihat jurang curam yang sangat dalam.
Anakanya berteriak memanggil namanya. Sayup- sayup suara anak itu terdengar ditelinga namanya, namun ia tidak bisa berdaya kecuali meneteskan air mata. Sementara itu, di dalam gua banyak roh jahat yang mengganggunya. Teje sangat gemeter karena ketakutan yang luar biasa. Dalam keadaan seperti itu Teje mengeluarkan kencing dan dalam sekejap mata Teje berubah menjadi batu itu dikenal dengan sebutan Watu Teje. Melalui celah batu tersebut keluarlah air sebesar air kencing. Suaminya yang bernama Sanggu sangat sedih atas pristiwa yang dialami istrinya bersama kaum darat sedangkan membuka jalan menuju punncak Golo Embo. Puncak Golo Embo akan dijadikan sebagai tempat penyiksaan terakhir bagi manusia yang banyak berbuat dosa selama masih hidup. konon di pintu gerbang kaum darat menyambut arwah manusia. Untuk manusia yang dosanya banyak selama di muka bumi, arwahnya diantar ke puncak Golo Embo.
Konon pada zaman dahulu kalah darat (roh atau makhluk halus didalam gaib) dan manusia hidup bersama karena konon mereka berasal dari satu keturunan. Dalam kehidupan bersama darat menganggap dirinya lebih berkuasa dari pada manusia, bahkan mereka menganggap dirinya lebih berkuasa dari Tuhan, seperti Embu Ete atau Mori Kraeng (Tuhan). Manusiapun bertanya, “Mengapa kamu sama seperti Embu, Ete?” kami mempunya kuasa seperti Embu Ete,” jawab darat itu dengan suara yang lantang dan membuat manusia takut.
Suatu hari manusia disuruh oleh kepala Roh halus untuk bertemu disuatu tempat. Pertemuan tersebut bertujuan untuk agar manusia bersama dengan makhluk halus membuat sesajian kepada Tuhan. Namun manusia tidak mau menerima tawaran tersebut, tetapi manusia tetap percaya kepada Tuhan.
Silakan buat sendiri, kami tidak perlu minta persetujuan dari kalian kalau mau memberikan persembahan kepada Tuhan,” demikian manusia kata-kata manusia tersebut secara tegas, mereka tetap ngotot tidak mau bergabung dengan Roh.
Kami diperintah Tuhan, untuk menyuruh manusia membuat persembahan kepada-Nya” jawab kepada darat. Walaupun ada paksaan dari kaum darat (roh atau makhluk halus), manusia tetap tidak peduli, manusia tetap berpihak pada Tuhan.
Karena melihat sikap tindak kaum darat seperti itiu, Tuhan datang kebumi untuk memisahkan darat dari kehidupan manusia. Supaya manusia dan darat tidak saling melihat satu sama lain, Tuhan mengambil ri’i ta’a (alang-alang mentah) sebagai pemisah darat dan manusia. Kaum darat setuju dengan aturan Tuhan, tetapi mereka berkeinginan agar semua ciptaan Tuhan dibumi ini dikuasai oleh kaum darat
Supaya tidak terjadi perkelahian untuk merebut harta kekayaan di bumi ini, Tuhanpun langsung membaginya. Binatang yang menjadi milik darat merupakan tagi (rusa), motang (babi hutan) dan binatang lainnya yang liar. Sementara itu binatang yang dapat ditaklukkan atau dapat diatur yang dimiliki manusia yaitu ayam,anjing, kerbau, kuda, kambing, babi, ikan dan lain-lain. Tidak hanya tumbuhan dan binatang yang di bagi, tetapi tempat tinggal manusia pun berbeda dengan darat. Darat tinggal dibahwa air sedangkan manusia tinggal didaratan. Kaum darat diperintahkan Tuhan untuk tinggal dipohon besar, dipuncak gunung atau bukit yang tinggi, di batu besar, gua, dan tebing yang besar. Sedangkan manusia tidak bisa menempati tempat-tempat seperti itu, hanya darat yang bisa tinggal disitu, tetapi manusia disuruh Tuhan untuk membuat tempat tinggal sendiri, misalnya Rumah.
Selain sepakat soal tempat tinggal manusia yang berbeda dengan tempat tinggal Roh (darat), pada saat itu diadakan kesepakatan antara darat dan manusia untuk tidak boleh saling mengganggu,tetapi manusia tidak boleh masuk ketempat tinggal roh (darat), kecuali setelah meniggal dunia. Sebaliknya darat pun tidak boleh masuk kerumah manusia, dan tidak boleh saat itru roh (darat) dan manusia hidup ditempat tinggal masing-masing. Sekelompok roh (darat) tinggal dikawasan Golo Embo (kawasan ini sekarang masuk diwilayah Desa Gunung, kecamatan Kota Komba).
Dalam waktu kehidupan selanjutnya seorang wanita bernama Teje dan seorang anaknya mendekati tempat tinggal kaum darat di Golo Embo. Disana ia melihat gumpalan emas yang tergantung dilangit-langit gua batu cadas ditebing yang curam. Wanita itu sangat tertaridan berusaha untuk mengambil emas dalam gua di tebing tersebut. Dengan bantuan darat (roh halus) yang ada di tempat itu, wanita itu memang berusaha keluar sendiri tanpa bantuan darat, tetapi begitu sampai dipintu celah-celah batu itu ia sangat ketakutan setelah melihat jurang curam yang sangat dalam.
Anakanya berteriak memanggil namanya. Sayup- sayup suara anak itu terdengar ditelinga namanya, namun ia tidak bisa berdaya kecuali meneteskan air mata. Sementara itu, di dalam gua banyak roh jahat yang mengganggunya. Teje sangat gemeter karena ketakutan yang luar biasa. Dalam keadaan seperti itu Teje mengeluarkan kencing dan dalam sekejap mata Teje berubah menjadi batu itu dikenal dengan sebutan Watu Teje. Melalui celah batu tersebut keluarlah air sebesar air kencing. Suaminya yang bernama Sanggu sangat sedih atas pristiwa yang dialami istrinya bersama kaum darat sedangkan membuka jalan menuju punncak Golo Embo. Puncak Golo Embo akan dijadikan sebagai tempat penyiksaan terakhir bagi manusia yang banyak berbuat dosa selama masih hidup. konon di pintu gerbang kaum darat menyambut arwah manusia. Untuk manusia yang dosanya banyak selama di muka bumi, arwahnya diantar ke puncak Golo Embo.
Komentar
Posting Komentar